Aku melihatmu lagi.
Dari jauh, ku berdiri di
sisi pintu ruangan. Di tengah keramaian kawan, rekan. Di atas langit yang
berawan.
Kau pindah ke dalam ruangan.
Melewatiku tanpa kata, menatapku tanpa dapat kubaca makna.
Aku mengangkat tangan dan
berkata pelan “hai”, tanpa bisa kau dengar.
Kau baca gerak bibirku.
Tersenyum kecil.
Aku tetap di dekat pintu.
Kau tetap bersama kawan dan rekan.
Kemudian aku berjalan ke
ruangan. Menjangkau makanan diujung meja. Kulihat kau. Kau lihat aku.
Lalu kau mendekatku, bukan
ke arahku. Aku lihat matamu, kita tak saling bicara tak juga basa basi.
Masalalu adalah pembicaraan,
percakapan di antara kita, bukan tentang kita. Tak apa-apa semua kehendakmu.
Aku takkan jemu. Itulah dirimu. Melodi dan ritme sendirimu, yang aku ikuti
dengan seksama. Meski tak pernah bersama.
Keramaian kawan seperti
suara-suara lalat hijau yang berterbangan di atas makanan terbuka. Betapa
kuingin menghampirimu, dan mengajakmu bicara, apa saja. Tapi kupandangi saja
dirimu.
Lalu seorang rekan
menghampiriku tetap dalam ramainya orang bercakap. Ia menyapaku apakabar,
kerjadiman sekaran. Kujawab basabasi santun itu sederhana, kerja dengan orang
pintar. Ia tersenyum lalu kita larut dengan segala berita tentang kantor
tempatmua yang menjadi terdepan. Betapa kuingin berhenti bicara dengannya dan
menghampirimu disudut sana, di antara tokoh publik, orang terpilih.
Ingin sekali mengajakmu
pergi dari keramaianmu yang sepi. Tak hendak meluluhkan jatimu yang bercitra
tinggi. Tak jua membuatmu grogi. Aku hanya bisa memandangimu dari jauh. Suara
rekan bicara tak mengena dikepala. Ah betapa kegagahanmu menawan hatiku. Ingin
sekali kumintamu sejenak berbagi waktu, untukku, untukmu, dan sedikit kita. Tak
apa jika kemudian kau lupa.
Semua jadi percuma, aku aku
tak kesana, kau tak kemari.
Tapi mimpi ada disini,
dihati dan dipikir. Aku pandangi kau dari jauh. Kau sesekali melihatku.
Lalu, di antara gerak-gerik
aku yang terbata. Senjata media tersedia. Tombol teks dan nomor membimbingku
padamu, “I wish you happy, I hope sometime you will see me again” . Meski tak
pernah terbalas, sms mengantarku padamu, membawaku pergi dari sini, pergi
darimu cepat.
Kau mengangkat tanganmu,
mulutmu bicara, seperti memanggil namaku, tak kudengar. Aku pergi. Selamat
bertemu lagi kekasih, aku ada selalu di depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar